Tradisi Antar Rantang, Tradisi Yang Hilang

0
Rantang susun yang dipakai untuk mengantar makanan sebelum lebaran sebagai tradisi yang kini sudah mulai menghilang. (Firha Saniya Humayda))

 

Menjelang hari raya, tradisi mengantar makanan sudah tak asing bagi masyarakat Indonesia khususnya umat muslim. Namun, bagi masyarakat Sunda dan Betawi ada yang berbeda dengan tradisi tersebut. Tradisi saling antar rantang seolah lenyap di daerah Bojong Gede Bogor. Tradisi tersebut nampaknya tinggal kenangan semata.

 

Tidak diketahui secara pasti, tradisi antar rantang mulai ada sejak tahun berapa. Hanya saja masyarakat melakukan tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Namun, yang pasti tradisi tersebut mulai meredup sejak tahun 2010. Hingga akhirnya menjelang hari raya Idulfitri di tahun 2023 sudah tidak terlihat satupun.

 

Rantang adalah panci bersusun dan bertutup untuk tempat makanan dengan dilengkapi tangkai, yang berfungsi sebagai pengait dan pegangan. Tradisi antar rantang biasanya dilakukan satu hari menjelang hari raya Idulfitri. Namun, ada pula yang melakukannya beberapa hari sebelumnya. Asenih, seorang masyarakat kelahiran tahun 1957 masih ingat betul saat tradisi antar rantang yang masih banyak dilakukan pada tahun 2010.

 

“Dulu biasanya sehari atau dua hari sebelum lebaran nganter rantang ke saudara tetangga, makin ke sini makin berkurang yang anter pake rantang. Tahun ini malah gak ada sama sekali yang anter pake rantang,” katanya.

 

Pihak-pihak yang dituju biasanya adalah orang tua, saudara yang lebih tua, tetangga sekitar rumah, dan kerabat dekat. Selain itu, beberapa tokoh masyarakat yang dihormati seperti guru ngaji juga menjadi objek penerima antar rantang tersebut.

 

“Yang diantar orang tua, guru ngaji, bibi, mamang, tetangga, orang-orang sekitar rumah pokoknya,” ujarnya.

 

Makanan yang diantarkan adalah makanan berupa nasi dengan lauk pauk yang terdiri dari berbagai tumisan dan olahan daging. Selain itu, ada pula makanan ringan berupa kue lebaran sebagai tambahan seperti keripik tepung beras, dodol Betawi, dan manisan kolang-kaling.

 

Rantang paling bawah pasti diisi dengan nasi. Kemudian rantang kedua dari bawah diisi dengan tumisan dan daging di rantang ketiga. Rantang paling atas biasanya diisi dengan makanan ringan sebagai tambahan.

 

Kegiatan memasak makanan dilakukan sejak pagi hari agar setelah asar makanan tersebut sudah mulai diantarkan ke masing-masing penerima yang dituju. Yang menjadi pengantar rantang biasanya anak-anak usia belasan tahun ke bawah. Biasanya, rantang dibawa dua sekaligus di tangan kanan dan kiri, dengan tujuan antaran tersebut cepat selesai diantarkan sebelum buka puasa tiba. Anak-anak tersebut adalah anak dari keluarga pengantar makanan.

 

Asenih mengatakan, ketika rantang sudah diambil isinya, rantang akan diisi kembali oleh penerima dengan sedikit makanan atau apa pun sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada pengantar.

 

“Kalau udah diambil isi rantangnya, nanti diisi lagi pakai makanan atau apa aja yang ada, yang penting rantangnya gak dikembaliin dengan kosong, malu soalnya kalau kosong,” ucapnya.

 

Semakin berkembangnya zaman, di tahun 2023 sudah tidak terlihat sama sekali di daerah Bojong Gede masyarakat yang mengantar makanan menggunakan rantang menjelang lebaran. Masyarakat lebih memilih mengantar makanan ke sanak saudara dengan cara cepat dan praktis tanpa memasak terlebih dahulu. Tradisi antar rantang sudah digantikan dengan mengantar makanan yang dibeli dari supermarket seperti wafer, biskuit kaleng, astor, dan minuman botol ataupun sirup.

 

“Generasi sekarang udah gak pake rantang, pakenya yang praktis gak mau ribet masak. Biasanya pada ngantar pakai biskuit, wafer, sirup, makanan-makanan buat lebaran,” ujarnya.

 

Selain hantaran makanan seperti wafer, biskuit kaleng, dan astor kini rantang telah bertransformasi menjadi hamper atau parsel dengan bentuk yang lebih modern. Di Indonesia, tradisi kirim parsel atau hamper mulai dikenal seiring perkembangan agama Islam. Seperti diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia (APPI) Fahira Idris, tradisi kirim hamper lebaran atau hari besar keagamaan juga lumrah dilakukan dilakukan di beberapa negara di dunia.

 

Salah satu versi menyebutkan sejarah hamper di Indonesia telah ada sejak masa penjajahan Belanda. Hamper kala itu berupa keranjang berisi makanan atau produk hasil bumi untuk para pekerja perkebunan sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka. Isi hamper beragam dan marak di masyarakat, seperti berbagai macam kue hingga aneka makanan dan minuman yang terutama dikemas dalam kaleng atau stoples. Semua itu ditata dan dihias dalam bentuk keranjang. Hal ini jugalah yang membuat hamper diasosiasikan dengan cara meningkatkan derajat atau kehormatan sosial.

 

Tradisi saling antar rantang menjelang hari raya memang sudah tidak ada, tetapi tujuan silaturahmi antar masyarakat di Indonesia tidak lah pudar. Saling antar menggunakan rantang atau pun hamper tidak mengubah maksud dan tujuan dari pengirim. Hanya saja tradisi yang dilakukan nenek moyang dahulu sudah berubah seiring perkembangan zaman.

 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)