Tantangan Terbesar Media Digital

0

 

Sesi talkshow dengan tiga narasumber dan satu moderator. (Dok. Pribadi/Firha Saniya Humayda)

 

“Jaman dulu jurnalis bisa punya nama sendiri. Pas di online semua itu jadi blur karena semua dianggap jadi satu kata, ‘media online.’ Tidak punya style gaya tulisan yang bisa diingat”.

 

Dalam rangka mengetahui dan memahami keilmuannya di industri, mahasiswa Program Studi Penerbitan (Jurnalistik), Politeknik Negeri Jakarta melaksanakan studi ekskursi ke IDN Media HQ. Sebuah perusahaan media di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 27, 3rd Floor, Kuningan Jakarta, Kamis (12/10/2023).

 

Studi Ekskursi itu diikuti 125 peserta, dengan rincian 122 mahasiswa dan 3 dosen pendamping. Tujuannya adalah agar mahasiswa mempunyai bekal sebelum terjun ke dunia lapangan kerja.

 

Acara diawali dengan memperkenalkan perusahaan yang dibawakan oleh moderator. Pemberian materi dibawakan secara talkshow dengan tiga narasumber yang menjabat sebagai editor, yaitu Niken Ari, Ayu Utami, dan Denis Aden.

 

Alur penulisan di IDN media dimulai dengan mencari trending. Serta memilih angle yang menarik perhatian pembaca. Cara penulisan di media tersebut bukan hanya melalui ide sang editor. Tetapi, penulis pun bisa mengajukan ide ke editor dan bisa langsung ditulis jika sudah disetujui.

 

Ayu Utami mengatakan tantangan terbesar di media digital baginya adalah terkikisnya idealisme sebagai jurnalis “Jaman dulu jurnalis bisa punya nama sendiri. Pas di online semua itu jadi blur karena semua dianggap jadi satu kata, ‘media online.’ Tidak punya style gaya tulisan yang bisa diingat”, katanya.

 

Menurut Niken, tantangan terbesarnya adalah mencari angle yang berbeda dengan media lain. Selain itu, dalam waktu yang singkat bagaimana agar beliau bisa diingat narasumber dan mendapatkan kontaknya.

 

Kemudian Denis menambahkan, harus beradaptasi merupakan tantangan baginya. “Waktu aku kerja di majalah tantangannya media online. Setelah pindah ke media online, banyak platform baru kayak socmed, Tiktok, podcast, reel YouTube itu udah bisa dijadiin berita. Tugas kita dan tantangan kita harus beradaptasi”, ujarnya.

 

Kemampuan dasar yang harus dimiliki agar bisa terjun ke dunia jurnalis yaitu memiliki wawasan luas dari banyak membaca, mempunyai mental yang kuat di awal, dan tidak malu untuk bertanya. Selain itu juga harus kreatif, karena seorang jurnalis harus membuat berita yang menarik perhatian agar konten tersebut banyak dibaca oleh masyarakat.

 

Selanjutnya para pembicara memberikan tips atau teknik wawancara yang benar. Yang pertama, melalui pendekatan. Dengan menjalin relationship yang baik, wartawan tidak perlu mengejar narasumber dengan teknik door stop. Hanya perlu menunggu narasumber karena sudah saling mengenal.

 

Yang kedua, sebelum melakukan wawancara melakukan riset terlebih dahulu agar narasumber merasa dihargai dan nyaman. Yang terakhir, menjabarkan list pertanyaan terlebih dahulu agar narasumber terpancing untuk menjawab.

 

Pemaparan materi terakhir membahas tentang Hak kekayaan Intelektual (HAKI). Sumber pengambilan foto sangat penting ditulis secara jelas terutama jika foto tersebut bukan hasil jepretan pribadi.

 

“Yang utama memang yang foto tentu jurnalis dari media itu sendiri. Tapi kalau misalkan sampai gaada, ngambil dari orang lain penyebutan sumbernya tuh harus jelas. Jadi bukan hanya sekadar dok. istimewa, dok. pribadi. Jadi bener-bener harus spesifik, ini yang foto siapa, sumbernya dari mana”, ungkap Ayu.

 

Setelah pemaparan materi selesai, ada pula sesi tanya jawab dengan peserta. Sesi tanya jawab mengundang antusias peserta. Di akhir acara penyerahan plakat diberikan kepada tim IDN Media oleh Kepala Program Studi Penerbitan (Jurnalistik), Drs. Zainal Arifin, S.H.M.H. Sesi terakhir ditutup dengan foto bersama. (FSH)

 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)