Kasih Sayang Orang Tua Yang Tak Kenal Pamrih

0

Ilustrasi kasih sayang orang tua (Pixabay.com)

Orang tua adalah orang yang merawat kita sedari kecil. Keberadaan merekalah yang menjadi penyebab atau perantara seorang anak lahir. Setiap orang tua pasti berusaha melakukan hal terbaik untuk anak-anaknya. Jalan berliku yang sulit untuk dilalui ia tempuh dengan perjuangan dan pengorbanan yang sangat berat. Ia berharap anaknya tumbuh dengan baik di muka bumi ini.


Untuk menjadikanku sampai sekarang sudah berjuta pengorbanan yang dilakukan, bahkan lebih, dan tidak akan pernah terhitung jumlahnya.


Sembilan bulan ibu mengandung. Dalam Sembilan bulan itu pula ibu selalu membawaku di dalam rahimnya ke manapun ibu pergi. Demikian pula yang dilakukan ayah untukku. Ketika aku sedang berada di dalam kandungan, ayah akan sangat rela untuk bekerja keras guna mencukupi kebutuhan atau nutrisi melalui asupan gizi yang diberikan melalui ibu.


Saat aku tumbuh besar dan berat di dalam rahimnya, keduanya tak pernah menganggap aku sebagai beban. Bahkan mereka sangat menantikan kehadiran atau kelahiranku meski dibalut rasa cemas dan takut apakah nanti aku akan lahir dengan selamat. Sesosok ayah dengan segala ketulusannya memanjatkan pujian dan doa khusus kehadirat Allah SWT agar ibu berhasil melahirkanku dengan selamat serta lahir dengan sehat dan sempurna. 


Saat aku terlahir selamat melalui perjuangan berat ibu yang telah mempertaruhkan nyawanya, maka dengan penuh rasa syukur dan kasih sayang aku diperkenalkan oleh sosok ayah kepada Dzat Yang Maha Agung (Allah SWT) melalui lantunan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Hal ini pun bertujuan tidak lain agar aku bisa mendapatkan kebahagiaan hidup tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat dengan mengingatkanku agar senantiasa beribadah kepada Allah SWT.


Masa bayi dan pertumbuhan aku selalu mendapatkan limpahan dan kasih sayang orang tua. Pada masa kecil aku mengidap penyakit flek paru-paru. Mereka tentu tak akan rela jika aku sakit. Dengan sekuat tenaga mereka memberikan pengobatan secara rutin sehingga penyakitku bisa sembuh pada saat aku duduk dibangku Sekolah Dasar. Mereka selalu mencukupi kebutuhanku, menjagaku, dan berusaha membuatku senantiasa sehat dan bahagia.

 
Saat aku duduk dibangku sekolah, ayah selalu mengantarku hingga ke depan gerbang sekolah. Tidak lain untuk memastikan anaknya sampai ke sekolah dengan selamat dan belajar dengan sungguh-sungguh. Demikian pula yang dilakukan Ibu di rumah, selalu menyiapkan kebutuhanku dari sarapan hingga pakaian yang akan kupakai sebelum berangkat ke sekolah.


Ketika sepulang dari sekolah tidak lupa ibu akan selalu mengingatkanku apakah ada PR untuk esok hari dan agar aku segera menyiapkan buku yang akan dibawa besok. Ibu atau ayah akan mendampingiku mengerjakan PR agar aku tidak kesulitan dalam menjawab soal-soal. Mereka pun tidak jarang berjaga tidur sampai larut malam menemaniku mengerjakan PR sampai selesai.


Teringat juga wajah ayah menahan kantuk berjaga sampai larut malam. Dan esok harinya harus bangun sepagi mungkin. Hanya beristirahat beberapa jam saja. Tidak jarang juga ketika berangkat atau pulang mencari nafkah harus terjemur di bawah teriknya panas matahari ataupun harus menghadang hujan deras agar sampai kantor atau rumah dengan cepat. Terbesit dalam benakku, apa yang membuat mereka kuat melakukan itu? setiap hari.


Aku sering kali membuat kesalahan sifat ataupun sikap, baik kesalahan kecil maupun besar. Namun, mereka tidak pernah memberikan hukuman fisik jika aku berbuat salah. Hanya menegur dan memberi nasihat yang mereka sampaikan kepadaku. Mereka memiliki hati bagaikan malaikat. Bagaimana bisa mereka melakukan itu kepadaku?

Di usiaku yang sudah bukan anak kecil lagi, kini aku mengerti yang mereka lakukan adalah berjuang untuk kehidupan anaknya. Dan yang membuat mereka sanggup melakukannya adalah karena begitu besar kasih sayang mereka untuk anak-anaknya.

Engkau bekerja keras semampumu untuk menyekolahkanku dengan harapan aku dapat meraih kehidupan yang lebih baik. Tanpa mengenal lelah, tanpa melihat kondisi, mereka tidak mengeluh. Tidak pernah membagi bebannya kepadaku, dan hanya memintaku untuk bersungguh-sungguh belajar. 


Aku tak sanggup membayangkan kelak hidupku jika harus kehilangan mereka. Hidupku kelak menjadi gelap gulita tanpa cahaya setitik pun. Berjalan tanpa arah tak tahu harus ke mana.
Doa merupakan bentuk kasih sayang dan caraku membalas segala yang telah engkau berikan hingga saat ini. Kuangkat kedua tanganku di setiap waktu salat, memohon kepada Allah SWT atas segala harapan dan keinginan nya. Agar selalu diberikan kesehatan dan kekuatan iman serta islam dan dijauhkan dari mara bahaya serta selamat dunia dan akhirat.


Selain doa yang kupanjatkan, aku akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untukmu. Selalu membuatmu tersenyum, dan tidak lupa akan selalu berbakti kepadamu.
Ayah dan Ibu tidak ada kata yang bisa mengungkapkan betapa bersyukurnya aku memiliki kalian. Terima kasih telah mengiringi setiap langkahku menuju keberhasilan dalam hidup. Di setiap sujudmu, doa-doa yang telah kalian panjatkan di kala siang dan malam. Kasih sayang dan pengorbanan yang tulus menjadi saksi akan hebatnya kalian berdua.


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)